Kelahiran |
0 Orang |
Kematian |
0 Orang |
Masuk |
10 Orang |
Pindah |
0 Orang |
Kelahiran |
0 Orang |
Kematian |
0 Orang |
Masuk |
3 Orang |
Pindah |
4 Orang |
26 Mei 2020 06:00:47 1.412 Kali
Penulis : FAJAR ASSIDIQ,
Kasus positif Covid-19 sudah mencapai lebih dari 22 ribu. Lima ribuan enam ratus lebih di antaranya berhasil sembuh dan seribu tiga ratus lebih lainnya meninggal dunia.
Angka itu barangkali menjadi tren penilaian tersendiri karena jumlah penderita yang berhasil sembuh menyusul jumlah penderita yang meninggal dunia, namun, angka-angka ini tidak lagi dianggap penting oleh, misalnya, penjual angkringan, jamu gendong, nasi pecel, nasi goreng tengah malam. Itu karena, mereka mengalami penurunan pendapatan drastis. Mungkin, mereka bebas dari Covid-19, namun bisa saja mati karena kemiskinan. Hal ini, logis ketika kita mau secara terbuka membuka mata, dalam arti, mana yang lebih mematikan dari virus yang bersifat “pandemik” atau kemiskinan yang bersifat “pandemik.”?
Tunggu dulu, tulisan ini tidak akan membahas kemiskinan sebagai latar belakang masalah, namun melihat jerih-payah masyarakat melawan kemiskinan di tengah kedunguan khalayak banyak.
Pusat-pusat perbelanjaan, khususnya, yang menjual pakaian ramai dikunjungi pengunjung. Hal ini, bisa dilihat dari membludaknya tempat parkiran yang biasanya, dalam beberapa bulan terakhir cenderung sepi.
Dari beberapa keramaian ini, ada beberapa yang paling menyedot perhatian, yakni di Payakumbuh, para pengunjung vis a vis dengan aparat keamanan karena mereka diingatkan untuk tidak membuat keramaian pada salah satu pusat keramaian, meskipun pada akhirnya ada seorang ibu-ibu yang berani membuka blokade dan disebut sebagai provokator perlawanan memberikan klarifikasi (permohonan maaf) setelahnya.
Pengunjung mendapatkan barang belanjaan kebutuhannya, aparat keamanan mendapatkan jatah uang keamanan dari individu maupun kelompok kekerasan yang mengamankan daerah tersebut.
Lain halnya dengan penjual angkringan, yang tendanya tidak jauh didirikan dari lokasi tersebut, alih-alih sudah membayar uang keamanan, yang katanya kepada pihak kelurahan sekaligus Satpol PP, meskipun jumlah pembeli yang “ngangkring” tidak terlalu banyak, tetapi justru sering diingatkan untuk tidak terlalu mengundang keramaian. Maksudnya begini, sejak kapan term keramaian itu ditentukan dari banyaknya uang keamanan yang masuk bukan dari banyaknya populasi pada suatu tempat atau wilayah? Hal ini, menjadi kedunguan pertama.
Pada kenyataannya, meramaikan pusat-pusat perbelanjaan memang sudah menjadi budaya di negeri ini di setiap penghujung bulan Ramadhan, sebagai aktivitas mempersiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk menyambut “Hari Kemenangan” dengan lebih percaya diri (pd).
Membeli kue kering, camilan, sirup, pernak-pernik, baju baru dan sebagainya. Baju baru, di antara yang lainnya, barangkali menjadi hal yang paling penting untuk disiapkan. Hal ini, karena baju baru yang paling sering dikaitkan dengan “Hari Kemenang,” menang melawan sumber datangnya dosa dan kembali suci, seperti baru.
Barangkali, karena ada kesamaan term “baru” keduanya dicocokologikan sebagai hal yang sama. Cocokologi dalan memaknai term “baru” dengan baju baru sebagai bagian yang paling melekat dengan “Hari Kemenangan” di masa pandemik seperti sekarang ini, yang menjadi kedunguan kedua.
Hal ini, selain karena korelatif dengan maraknya praktik predatoris ekonomi-politik, seperti yang terjadi di Kelurahan Banyumanik, Kecamatan Sumurboto, Semarang, juga rentan sekali meningkatkan penularan Covid-19. Meskipun belum jelas secara ilmiah dijelaskan penyebab terjadinya jumlah peningkatan kasus positif, yang terjadi beberapa hari lalu yang dalam sehari mencapai hampir seribu, tetapi bisa jadi diasumsikan karena mendadak ramainya pusat-pusat perbelanjaan.
Padahal, pada pertengahan penerapan kebijakan terkait Covid-19, banyak masyarakat yang mengeluh secara ekonomi, tetapi buktinya mampu menyisihkan uang untuk membeli satu-dua-tiga pasang baju, yang misalnya, jika dibandingan harga satu baju (110 ribu) sama dengan 10 kilogram beras.
Bagi mereka yang ikut dalam hiruk-pikuk memaknai “Hari Kemenangan” dengan berebut baju baru, mungkin bisa mencurahkan egoistis yang terpendam selama berbulan-bulan lamanya. Namun, setali tiga uang, bukankah itu memperpanjang masa perjuangan melawan kemiskinan, misalnya, yang lazim menimpa penjual angkringan, jamu gendong, nasi pecel, nasi goreng tengah malam karena mengalami penurunan pendapatan drastis?
Dan, jika seperti ini terus entah kapan mata rantai pandemik ini akan berakhir ini di negeri ini, yakin akan berakhir pada minggu pertama atau kedua bulan Juni, seperti yang diramalkan banyak pihak? Menurutku, tidak usah banyak meramal, sudah ada paramater yang konkret, cukup benamkan kedunguan khalayak banyak.
Sumber : https://geotimes.co.id/opini/memaknai-hari-kemenangan-perspektif-dungu/
Pada artikel ini
Untuk artikel ini
Sosialisasi Bantuan Bedah Rumah BSPS di Desa Sumber Jaya
date_range 07 Mei 2025 favorite 51 Kali
Safari Ramadhan 1446 H. PT. Arutmin Indonesia dan Kelompok PPM Kintap
date_range 13 Maret 2025 favorite 140 Kali
Musdes LPJ APBDesa dan LKPPD Tahun 2024
date_range 13 Maret 2025 favorite 106 Kali
Rapat Koordinasi Persiapan Musdes Pertanggungjawaban APBDesa dan LKPPD Tahun 2024
date_range 11 Maret 2025 favorite 81 Kali
Profil Desa Sumber Jaya Tahun 2024
date_range 07 Maret 2025 favorite 82 Kali
Akhirussanah & Milad ke-44 PP. Miftahul Ulum Sumber Jaya
date_range 26 Februari 2025 favorite 101 Kali
Kepmendesa PDT Nomor 3 Tahun 2025, Panduan Penggunaan Dana Desa Untuk Ketahanan Pangan Dalam Mendukung Swasembada Pangan
date_range 04 Februari 2025 favorite 214 Kali
Permendes PDTT Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021
date_range 21 September 2020 favorite 51.245 Kali
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Tahun 2019
date_range 05 Februari 2020 favorite 32.074 Kali
Mengenal Cara Kerja dan Koneksi Data Siskeudes
date_range 20 Februari 2019 favorite 30.247 Kali
Profil Desa Tahun 2019
date_range 24 Januari 2020 favorite 24.244 Kali
Permendesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum PPMD
date_range 09 Januari 2021 favorite 16.550 Kali
Permendesa PDTT Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Permendesa 11 Tahun 2019
date_range 17 Juni 2020 favorite 15.732 Kali
Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LKPPD) TAHUN 2019
date_range 05 Februari 2020 favorite 15.330 Kali
Kepmendesa PDT Nomor 3 Tahun 2025, Panduan Penggunaan Dana Desa Untuk Ketahanan Pangan Dalam Mendukung Swasembada Pangan
date_range 04 Februari 2025 favorite 214 Kali
Pertemuan SMD Desa Sumber Jaya oleh UPT. Puskesmas Sungai Cuka
date_range 22 Maret 2022 favorite 446 Kali
Kades Sumber Jaya Sampaikan LKPPD Tahun 2018 di Hadapan BPD
date_range 12 Februari 2019 favorite 2.099 Kali
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Tahun 2022
date_range 30 Maret 2023 favorite 659 Kali
Laporan Pertanggujawaban Realisasi APBDesa Tahun Anggaran 2020
date_range 17 Maret 2021 favorite 640 Kali
Musrenbangdes Penyusunan RKP Desa 2020
date_range 07 Oktober 2019 favorite 1.840 Kali
Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Sumber Jaya Tahun 2021 Telah Dibuka.
date_range 24 Agustus 2021 favorite 579 Kali
Hari ini | : | 1.076 |
Kemarin | : | 1.042 |
Total Pengunjung | : | 3.104.880 |
Sistem Operasi | : | Unknown Platform |
IP Address | : | 18.97.14.84 |
Browser | : | Tidak ditemukan |